Berlayar di Sungai Nil / Cruising the Nile


Advertisement
Egypt's flag
Africa » Egypt » Lower Egypt » Cairo
October 14th 2005
Published: March 29th 2006
Edit Blog Post

Pada tanggal 25 September 2005, sehabis Misa Bersama KDKJB, diadakan pertemuan terakhir bagi para peserta Holyland dengan pihak Galileo. Dalam pertemuan itu diceritakan apa saja yang perlu dibawa, apa yang tidak boleh dibawa, tempat-tempat yang akan dikunjungi dsb. Pada waktu disinggung tour ke Mesir, saya bertanya apakah saya dengan istri (Johanes - Evie) dapat diuruskan perpanjangan tinggal di Cairo 2 hari, sebab saya ada teman dan mau jalan-jalan di Mesir, antara lain mau berlayar di Sungai Nil, sebab di paket wistata tidak ada Nile Cruise. Pihak Galileo bilang perpanjangan susah dan sebaiknya pergi bersama, pulang bersama juga. Ya sudahlah apa boleh buat, saya harus meninggalan keinginan berlayar di sungai Nil seperti dalam buku Agatha Cristie. Sebenarnya ingin sekali tidak, tetapi sayang juga sudah di depan mata tidak terlaksana, kapan lagi akan berkunjung ke Mesir. Ya sudahlah, pokoknya saya sudah melupakan maksud untuk berlayar di sungai Nil.

Apa yang terjadi kemudian? Tanpa diduga acara naik gunung Sinai digeser, sehingga rombongan dapat tiba di Cairo lebih awal daripada yang direncanakan. Dalam perjalanan, Maximus, tour guide menanyakan ke rombongan apakah ingin berlayar di sungai Nil malam nanti, sekalian makan malam dan menonton tarian perut (belly dance) dsb. Saya kaget sekali sebab itulah yang saya maksud dengan mengadakan perpanjangan tinggal di Cairo. Sebagian besar dari rombongan menyetujuinya dan begitulah, akhirnya saya dapat menikmati pelayaran di sungai Nil, sekalipun saya tidak memintanya. Siapa yang punya pekerjaan seperti ini? Rasanya pekerjaan téték-béngék seperti ini juga pekerjaan Bunda Maria.

Orang sekarat prosesnya mungkin hanya sebentar, contohnya orang yang mendapat kecelakaan. Atau prosesnya begitu diam-diam misalnya orang yang tertidur dan diemukan sudah meninggal. Keluarga tidak ada yang tahu, jadi orang sekarat belum tentu ada yang menunggui. Kalau kita sekarat, siapa yang mau dan pasti akan menunggui kita? Siapa lagi kalau bukan seorang ibu? Berbahagialah kita yang mempunyi ibu seperti Bunda Maria.

Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan pada waktu kami mati, Amin.




Additional photos below
Photos: 12, Displayed: 12


Advertisement



Tot: 0.078s; Tpl: 0.009s; cc: 9; qc: 56; dbt: 0.0425s; 1; m:domysql w:travelblog (10.17.0.13); sld: 1; ; mem: 1.1mb